IKPM Gontor

IKPM BOGOR

Informasi dan Berita seputar Ikatan Keluarga Pondok Modern cabang Bogor

“KETUA BADAN WAKAF PM GONTOR, HIDAYAT NURWAHID : SANTRI PASTI CINTA NEGERI”

“KETUA BADAN WAKAF PM GONTOR, HIDAYAT NURWAHID : SANTRI PASTI CINTA NEGERI”

BOGOR- Divisi Dakwah dan Sosial IKPM Gontor Cabang Bogor hadirkan Ketua Badan Wakaf PM Gontor sekaligus Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nurwahid sebagai pembicara dalam agenda (KANTIN) Kajian Rutin bulanan secara virtual pada Ahad, (22/08). Agenda yang dimoderatori oleh Farhan Haidar ini mengusung tema “Spirit Santri untuk Negeri, Berdaya & Berkeadaban”

Agenda yang diawali dengan pembacaan kalam illahi lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Hymne Oh Pondokku ini berjalan dengan khidmat. Asep Yusuf selaku Ketua 2 sekaligus mewakili pengurus IKPM Cabang Bogor mengawali sambutannya dengan do’a dan harapan, “Kita berharap dan berdo’a semoga di bulan-bulan yang akan datang kita bisa mengadakan kantin ini secara offline. Semoga forum ini menjadi forum silaturahmi yang menjadikan wasilah, dipanjangkannnya umur kita dan dibukakannya pintu-pintu rezeki kita semua”.

Hidayat Nurwahid mengatakan bahwa menjadi santri Gontor tentunya diajarkan cinta pada negeri, “Dalam hymne pondok dicantumkan 3 terminologi tentang makna ibuku. Pondokku ibuku, ibuku ibu kandungku dan juga ibuku Indonesia. Dalam konteks kita di Gontor, spirit santri untuk negeri itu sebegitu dalamnya, diinternalisasikan nilai bahwa Indonesia itu adalah ibuku. Di Gontor juga tentunya diajari ilmu Hadist tentang menghormati dan bakti kepada ibu yang telah melahirkan kita. Makanya tidak mungkin santri dari Gontor durhaka pada ibunya, pada pondoknya, pada negerinya, karena sejak awal sudah ditanamkan cinta pada negeri”, ujarnya tegas.

Alumni Gontor yang lulus pada tahun 1978 itu pun menjelaskan bahwa menjadi santri itu bukan sekedar mondok, pergi dan meninggalkan rumah. Santri itu adalah realisasi daripada ayat ke-122 At-Taubah, “Wa maa kanal mukminu liyan’firu kaaffah, semestinya tidaklah semua orang mukminin itu serentak menuju medan jihad, mestinya ada sebagian dari mereka yang spesifik belajar tafaqqu fii diin yang kemudian nanti memberikan pengajaran, tazkiroh, serta tausiyah kepada sahabat-sahabatnya yang berpulang dari berjihad agar tidak ketinggalan pelajaran dan ilmu tentang agama yang baik dan benar. Belajar ilmu agama ibarat pergi ke medan jihad karenanya nilainya sangat tinggi, maanfaatnya besar. Maka belajar di Gontor itu tidak main-main itu adalah bagian dari Jihad”.

Ia juga menerangkan bahwa santri pun harus mampu menghadirkan pemberdayaan, keberdayaan dan keberadaban dengan mengikuti segala kegiatan pondok yang tentunya menghadirkan spirit, aksi, konsistensi serta kebersamaan yang diharapkan nantinya dapat menjadi sumbangsih untuk agama dan bangsa, “Santri harus punya nilai-nilai spirit, nilai tentang keberdayaan, keberadaban, jika tidak punya maka tidak bisa memberi. Maka pentingnya belajar adab sebelum ilmu, santri Gontor diajarkan etika dan adab sebelum menerima ilmu”, jelasnya.

“Dengan semangat Muharrom tahun baru ummat Islam, kita bisa terus melakukan kebaikan dan kemudian merawat dan menjaga kemerdekaan Republik Indonesia dengan memberikan kontribusi sekecil apapun untuk ummat dan negeri. Mari kita berdo’a agar Allah menjadikan bangsa ini bangsa yang Gemah Ripah Lohjinawi, Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur. Wali santri, para santri serta alumni merupakan kekuatan besar untuk mendatangkan keberkahan dariNya” Tutur Asep Rogia selaku Ketua Umum IKPM Gontor Cabang Bogor.

(Amalia Hening A)

Share Berita ini

Program Donasi

Wakaf Produktif

Sedekah Wakaf Produktif Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah Lihat laporan

Kaafilul Yatama

Sedekah Kaafilul Yataama Donasi untuk anak yatim Lihat Laporan keungan

Berita
Lainnya